a) Bor tumbuk atau dikenal dengan nama cable tool drilling juga disebut perkusi
atau spudder. Pada dasarnya pemboran
sumur air dengan metode ini adalah dengan cara mengangkat
dan menjatuhkan berulang-ulang kali serangkaian alat pemboran ke dalam lubang
bor.
Mata bor melumatkan atau menghancurkan
batuan yang konsolidasi dan tidak terkonsolidasi (batuan lepas) dilumatkan
menjadi partiel atau diurai bercampur dengan air tanah, membentuk bubur, atau
lumpur di dasar lubang bor.
Jika tidak ada atau hanya sedikit air dari formasi yang ditembus, ditambahkan air untuk membentuk bubur. Akumulasi bubur meningkat seiring dengan hasil kemajuan pemboran pada giliranya akan mengurangi atau meredam kemampuan alat dalam menghancurkan batuan. Bila tingkat penetrasi menjadi tidak dapat diterima karena adanya redaman bubur cutting, secara periodik bubur diambil dari lubang bor oleh pompa pasir atau menggunakan alat yang disebut bailer. Pemboran dengan metode ini, sekarang di Indonesia sudah jarang dijumpai.
b) Pemboran Putar Sirkulasi Langsung
Mata bor dipasang melekat pada ujung bawah dari serangkaian pipa bor yang disebut sebagai drill string, yang meneruskan aksi berputar dari mesin bor yang disebut sebagai rig ke mata bor.Mata bor yang mendapat beban dari drill string, menggiling dan melumatkan batuan menjadi partikel serbuk bor atau selanjutnya disebut cutting, yang bercampur dengan air atau lumpur, bubur dan serpihan batuan ini kemudian diambil dengan cara memompakan cairan pemboran untuk “menghanyutkan” cutting.
Gambar 1. Garis Besar Peralatan Pemboran Tumbuk
Cairan pemboran yang dipompakan mengambil cutting secara umum disebut sebagai fluida, dapat berupa air saja, campuran air dan lempung, sudah tentu termasuk udara didalamnya. Pemboran putar dengan fluida campuran air dan lempung serta sebagan kecil bahan tambahan, fluida ini dilapangan sering disebut sebagai lumpur pemboran atau lumpur saja. Selanjutnya dalam artikel ini apabila disebutkan sebagai fluida, maksudnya berlaku umum, jika disebutkan lumpur konotasinya adalah terbatas pada fluida yang terdiri dari campuran air dengan lempung (termasuk disini bentonite) serta sedikit bahan tambahan (additives) , fluida pemboran mempunyai banyak fungsi, karena itu, sering ditambahkan bahan pencampur (additives) yang akan dijelaskan kemudian.
Gambar 2. Garis Besar Peralatan Pemboran Putar Sirkulasi Langsung
Gambar 3. Garis Besar Peralatan Pemboran Putar Sirkulasi Terbalik
Fluida berbasis air, untuk mendapatkan hasil lubang sumur
yang optimal menggunakan berbagai macam bahan pencampur (additiv), diantaranya bentonite, polimer, udara, CMC, barite dan
lain sebagainya yang akan dijelaskan kemudian. Pemboran
dengan metode putar sirkulasi langsung ini yang sangat umum dan paling banyak
dilakukan dalam pemanfaatan air tanah di Indonesia.
Metode putar sirkulasi langsung dapat juga menggunakan udara sebagai fluida pemboran. Beberapa ahli memisahkan metode ini dari metode pemboran berbasis air, sehingga ada yang menyebutkan terdapat juga metode pemboran putar berbasis udara (Air base) dalam hal ini udara bertekanan tinggi ditiupkan dari kompresor melalui drill string menuju mata bor dan meniup cutting melalui anulus ke permukaan untuk membuang cutting.
C) Pemboran Putar Sirkulasi Terbalik
Pemboran putar sirkulasi terbalik ini pada prinsipnya sirkulasi dalam pengambilan serbuk bor (cutting) dilakukan dengan menyedot bubur campuran fluida dengan cutting. Pompa sentrifugal yang cukup besar kapasitasnya menyedot fluida bersama-sama cutting. Media fluida berupa air, baik yang berasal dari air formasi batuan atau air yang ditambahkan dialirkan masuk melalui anulus sampai ke ujung mata bor di bawah permukaan disedot melalui lubang mata bor masuk kedalam drill pipe disedot ke pompa sentrifugal di permukaan dan di curahkan ke kolam tandon air, dalam kolam tersebut cutting di endapkan dan air bersih kembali dimasukkan ke ruang anulus untuk disirkulasikan kembali.
Pipa hisap pompa dan drill pipe yang digunakan pada metode ini dengan demikian harus memiliki diameter yang cukup besar, biasanya berukuran 6 inci, mata bor yang digunakan juga cukup besar, biasanya antara 10 sampai 22 inci.
2. LANGKAH - LANGKAH PEMBORAN
Di Indonesia, kondisi geologi dan hidrogeologi pada daerah pengembangan pemanfaatan air tanah umumnya memiliki karakter yang hampir sama. Kebanyakan irigasi air tanah berkembang pada daerah aluvial, lithologi atau batuan dengan umur relatif muda atau berumur kuarter. Daerah pengembangan pemanfaatan air tanah untuk irigasi kebanyakan kondisi batuanya belum kompak, atau pada daerah dengan litologi produk vulkanisme yang juga relatif muda dan belum kompak, namun pada daerah aluvial yang banyak pemanfaatan air tanah, susunan formasi batuan sangat bervariasi ukuran butirnya, berselang seling antara batuan berbutir kasar sampai batuan sedimen berbutir halus atau lempung.
Dari kondisi tersebut, maka metode rotary direct circulation mud flush yang paling banyak dilakukan, karena dinilai paling sesuai dengan kondisi geologisnya.
Untuk selanjutnya dalam modul ini, dengan alasan untuk pengembangan pemanfaatan air tanah untuk irigasi dan air baku air minum, hanya akan dibahas metode pemboran putar sirkulasi langsung atau searah berbasis air dengan beberapa pencampur (additives). Perencanaan pekerjaan pemboran dan kontruksi sumur dengan metode pemboran putar sirkulasi langsung atau searah berbasis air dengan bahan pencampur (additive) meliputi perencanaan untuk :
- Mobilisasi, persiapan site, alat, dan bahan termasuk perijinan lokal.
- Pemasangan peralatan mesin bor, menara bor, pompa lumpur, kompresor dan alat bantu
- Pemasangan pipa konduktor termasuk pemboran atau penggalian lubang untuk pipa konduktor, penggalian kolam lumpur.
- Pemboran lubang pandu atau pilot hole diameter antara 4” - 8 3/4" dengan kedalaman sampai rencana akhir pemboran dan pengambilan contoh batuan (cutting) tiap meter kedalaman dari awal sampai akhir pemboran.
- Loging geofisik dapat menggunakan Logging Resistivity dan Self Potential Log. Jika memungkinkan dilakukan gamma ray logging atau jika terdapat artesian akuifer digunakan juga water flow logging
- Desain dan konstruksi sumur termasuk pemasangan konstruksi pipa sumur, meliputi pemilihan material konstruksi sumur pemasangan dan ketegak lurusan pipa produksi dan pengisian gravel pack, untuk irigasi berdiameter tidak kurang dari 6", untuk air baku dan air minum disesuaikan kebutuhan, antara 3” – 4 “ bagi skala pedesaan, pemasangan bail plug/sumbat bawah dan reducer.
- Pencabutan pipa konduktor sementara, penyemenan atau grouting.
- Pemasangan tutup sumur, patok tanda sumur, dan kunci pengaman
- Pengisian semen atau "grouting" kedalam rongga disekeliling pipa jambang.
- Pembongkaran mesin bor.
- Pengembalian site/ pemulihan site lokasi pemboran.
3. JENIS - JENIS ALAT BOR
Jenis rig
atau mesin bor yang digunakan dapat dipilih sesuai kondisi medan, dan
ketersediaan alat, jika kondisi jalan dan jalan masuk ke lokasi cukup baik,
rata dan mampu dilewati truck maka rig
yang digunakan adalah truck mounted,
atau tractor mounted. Tetapi bila
kondisi medan tidak mungkin dilalui kendaraan berat, maka dapat digunakan jenis
skid mounted yang dapat menyeret
dirinya ke titik lokasi dengan menggunakan kabel baja serta memanfaatkan drum liner/ sand liner yang ada pada rig atau mesin bor tersebut.
Rencana jalan yang dilewati atau route harus di cek kondisinya, apakah
terdapat jembatan yang tidak mampu dilewati mobilisasi (terutama jika
menggunakan mesin bor alat berat). Kemungkinan perlu tidaknya perkuatan
jembatan/ gorong-gorong yang akan dilalui. Kondisi jalan berlumpur atau berbatu
yang mungkin perlu perekayasaan perkerasan atau perataan.
Persiapan site adalah
mempersiapkan lokasi pemboran sedemikian sehingga peralatan dapat masuk dengan
mudah, aman dan tertata rapi sehingga memudahkan dan cukup leluasa melakukan
kegiatan operasional pemboran. Lokasi pekerjaan harus dibebaskan dari kondisi
becek, berlumpur atau berdebu, bila perlu dilakukan penimbunan, perataan dan
perkerasan.
Persiapan alat pemboran sedapat mungkin dibuatkan list atau tabel nama peralatan, jumlah dan kondisinya. Peralatan yang akan dibawa ke lapangan, peralatan khususnya mesin-mesin harus di cek terlebih dahulu, sehingga peralatan langsung dapat digunakan di lapangan.
Persiapan bahan meliputi bahan bahan lumpur pemboran berupa bentonite termasuk bahan additive-nya untuk menanggulangi kesulitan yang tiba tiba muncul di lapangan. Bahan konstruksi, casing, screen, pump cassing, reducer, centralizer, bottom plug, gravel pack, kawat las, lem pipa, mur-baut, bahan bakar, pelumas, air accu dan lain sebagainya.
Gambar 4. Mesin Bor (RIG) Model Skid Mounted Dengan Pemutar Spindle Head |
Gambar 6. Mesin Bor (RIG) Model Tractor Mounted Dengan Pemutar Rotary Head |
Penyimpanan gravel pack tidak terganggu atau terinjak-injak orang atau hewan, dan tidak kebanjiran atau berceceran tercampur tanah atau lumpur. Bentonite dan bahan additives serta bahan lain yang peka terhadap hujan dan panas harus dibuatkan peneduh atau disimpan di direksi keet / gudang lapangan.
Perijinan masuk lokasi harus sudah tuntas
diurus ke desa, warga pemukiman disekitar lokasi.
Untuk keperluan pekerjaan pemboran perlu penyediaan air untuk sirkulasi dan kebutuhan lain proses pemboran, harus dijamin kelancaran penyediaannya. Mutu air harus bersih dan tawar, Air yang payau atau asam (air gambut) akan mempengaruhi kualitas lumpur pemboran sehingga dapat menimbulkan gangguan pengambilan cutting, keruntuhan lubang bor karena viskositas dan densitas lumpur berubah yang disebabkan adanya reaksi kimia antara air tersebut dengan bentonite. Bahkan air keruh, berpasir atau asam dapat merusak pompa lumpur dan ausnya mata bor. Jumlah air yang disediakan harus dapat diperhitungkan kebutuhannya, jika lokasi pengambilan atau penyaluran air cukup jauh dan tersendat-sendat, perlu disiapkan tangki atau tandon air sementara didekat lokasi pemboran