Ilmu Dasar Teknik Sipil
  • HOME
  • Kontak
  • Disclaimer
  • Privacy policy
  • terms of service
  • Home
  • Struktur
    • GEDUNG
    • JEMBATAN
    • JALAN
    • BANGUNAN AIR
  • BAHAN
    • BETON
    • BAJA
    • KAYU
  • PROGRAM
    • SAP 2000
    • AUTOCAD
    • HEC RAS
    • PLAXIS
    • MICROSOFT PROJECT
  • TEKNIK FONDASI
    • FONDASI RUMAH
    • FOOTPLATE
    • BORPILE
  • LAINNYA
    • TEKNIK GEMPA
    • GEOTEKNIK
    • MANAJEMEN
    • MEKANIKA TANAH
  • Daftar Isi

Senin, 10 Juni 2019

Jenis - Jenis Beton

Sumber : Google.com
Beton adalah material yang paling banyak digunakan dalam konstruksi didunia karena beton lebih mudah dikerjakan dan terbukti sangat baik dalam menopang beban tekan pada struktur. Pada dasarnya beton terbuat dari Semen, Agregat Kasar, Agregat Halus, Air dan beberapa beton juga dimodifikasi dengan bahan tambah berupa bahan tambah kimia maupun bahan tambah mineral. 

Beton memiliki kelebihan yaitu sangat kuat dalam menahan beban tekan namun beton juga memiliki kelemahan yaitu lemah dalam menerima gaya tarik. Oleh karena itu beton dibuat komposit dengan menggabungkan material yang kuat menahan gaya tarik yaitu besi tulangan ataupun baja. Perpaduan antara beton dan besi tulangan ini yang sering kita sebut sebagai ''Beton Bertulang". Kekuatan beton sendiri ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : 
  • Faktor Air Semen (FAS) 
  • Rasio Perbandingan bahan - bahan
  • Mutu dari bahan
  • Modulus Halus Butiran (MHB) untuk agregat halus
  • Ukuran maksimum agregat kasar
  • Bentuk butiran agregat
  • Kondisi pada saat mengerjakan
  • Kondisi pada saat pengerasan/perawatan.
Berdasarkan beratnya, beton dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis antara lain : 

1. Beton Normal
Beton Normal adalah beton yang memiliki berat isi berkisar (2200-2500) kg/m3 dengan menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah. Beton jenis ini paling banyak digunakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi dikarenakan proses pembuatannya (Mix Design) yang relatif mudah untuk dikerjakan. Beton normal umumnya digunakan untuk keperluan proyek dengan beban yang relatif kecil dan sedang misalnya rumah tinggal, ruko, kantor, gedung sekolah dll. 

2. Beton Ringan
Beton ringan merupakan jenis beton yang memiliki berat isi berkisar (1400-1800) kg/m3. Beton ringan banyak digunakan untuk mengurangi bobot beban mati dari struktur bangunan, teknologi yang sedang dikembangkan sekarang ini dalam penerapan beton ringan banyak diaplikasikan dalam pembuatan elemen-elemen struktur beton yang ringan misalnya panel dinding, plat, atap, elemen beton precash dan elemen struktur lain. Beton ringan biasanya dimodifikasikan dengan beberapa material ringan seperti sterofoam. Beton ringan dalam proses pembuatannya biasanya menggunakan agregat yang ringan pengganti agregat kasar/ kerikil dan bahan pengisi berupa abu terbang (Fly Ash). Beton ringan juga memiliki golongan berdasarkan tingkat kekuatannya antara lain beton ringan dengan kekuatan ringan (Beton Insulasi), kekuatan sedang dan beton ringan struktural. Dalam penelitian terbaru beton ringan dapat mereduksi efek dari gaya lateral gempa pada struktur bangunan terutama bangunan tingkat tinggi (Tall Building) hal ini dikarenakan bobot massa bangunan yang berbanding lurus terhadap efek gaya lateral gempa pada pusat massa bangunan.  

3. Beton Massa
Beton massa merupakan beton yang digunakan untuk aplikasi pekerjaan yang menggunakan volume beton dan luasan permukaan yang relatif besar dan menerus misalnya pekerjaan pondasi rakit/raft foundation, dinding tanggul, bendungan, retaining wall dll. Beton massa memiliki panas hidrasi yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis beton lainnya, penggunaan jenis beton massa digunakan untuk menghindari terjadinya peningkatan panas hidrasi beton ketika dalam proses pelaksanaan/pengecoran yang lama yang dapat mengakibatkan terjadinya retak pada struktur beton akibat perbedaan suhu bagian luar dan bagian dalam beton. Adapun metode yang biasa digunakan dalam mengurangi efek panas hidrasi beton massa yaitu dengan menggunakan air es/ menambah es pada campuran beton, menggunakan pipa air/aliran air  dalam beton dan dengan menggunakan pelapis insulasi pada permukaan beton agar pelepasan panas dapat terjadi secara perlahan-lahan sehingga suhu dalam beton dapat terjaga. Dalam penerapannya beton massa biasanya menggunakan proporsi semen yang relatif lebih sedikit dikarenakan sifat semen yang cenderung melepaskan panas serta menggunakan agregat kasar dengan ukuran yang relatif besar tetapi sesuai dengan standar yang diijinkan.

4. Beton Mutu Tinggi
Beton mutu tinggi merupakan beton yang memiliki kekuatan yang relatif cukup besar yaitu  kuat tekan minimal > 41,4 MPa (SNI 03-6468-2000). Beton mutu tinggi biasanya digunakan untuk elemen struktur yang memikul beban yang besar misalnya balok girder jembatan, pier, poer, spun pile pondasi, sheet pile, elemen struktur bangunan tingkat tinggi dll. Beton mutu tinggi umumnya selain memiliki kuat tekan yang tinggi juga memiliki kelemahan yaitu meningkatnya tingkat getasnya, oleh karena itu bisanya beton mutu tinggi dimodifikasi dengan material serat/batang fiber untuk meningkatkan tingkat daktalitasnya. Beton mutu tinggi dalam proses pembuatannya (Mix Design) selalu menjaga kadar air semen (Water/Cement Ratio) yaitu berkisar 0,2-0,3 agar tingkat porositas dalam beton dapat berkurang,  tetapi tidak menghilangkan sifat workability saat proses pelaksanaannya yaitu dengan penambahan bahan  kimia superplastisizer. Teknologi beton mutu tinggi terus diteliti dan dikembangkan, sebagai contoh perubahan beton mutu tinggi menjadi beton berkinerja tinggi (Ultra High Performance Concrete -UHPC) dengan kuat tekan dapat mencapai fc’= 240 MPa dan kini sedang dikembangkan beton reaktif yang dikenal dengan istilah Reactive Powder Concrete - RPC dengan menggunakan material reaktif berukuran mikro – nano seperti silica dan Quartz.  Dengan penggunaan beton mutu tinggi dimensi beton dapat direduksi sehingga secara otomatis dapat mengurangi bobot massa struktur bangunan. Dalam beberapa percobaan, beton mutu tinggi cenderung mengurangi penggunaan ukuran agregat kasar yang besar tetapi lebih dititik beratkan pada tingkat kehalusan, kekerasan dari agregat yang digunakan. 

5. Beton Berat
Beton berat merupakan beton yang memiliki berat isi berkisar > 3200 kg/m3. Beton berat pada dasarnya memiliki tingkat kerapatan dan bobot massa yang padat dan berat, beton berat banyak diaplikasikan pada konstruksi khusus misalnya dinding nuklir, tanur, silo, fasilitas pengujian, penelitian atom dan fasilitas kesehatan dll yang membutuhkan struktur dengan tingkat kerapatan dan massa yang cukup kompak sehingga sulit untuk ditembus oleh paparan gas / radiasi. Beton berat pada umumnya dibuat dengan menggunakan material agregat yang berat seperti biji besi/logam atau material lain yang berat.
Jefri Harjawinata tanggal : Juni 10, 2019 3 komentar
Berbagi

Jumat, 07 Juni 2019

Fungsi dan Tipe Pemecah Gelombang (Breakwater)

Pemecah gelombang, breakwater
Gambar 1. Bangunan Pemecah Gelombang
Sumber : Google.com
Pemecah gelombang atau breakwater adalah prasarana yang dibangun untuk memecahkan gelombang atau ombak dengan cara menyerap sebagian energi gelombang. Pemecah gelombang digunakan untuk mengendalikan abrasi yang dapat menggerus garis pantai dan juga untuk menenangkan gelombang dipelabuhan sehingga kapal dapat merapat dipelabuhan dengan lebih mudah dan cepat.  
Breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang “sambung pantai” dan “lepas pantai”. Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan  jetty. 
Pemecah gelombang, breakwater
Gambar 2. Ilustrasi Bangunan Pemecah Gelombang
Sumber : Google.com
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai  adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai maka dari itu pemecah gelombang harus didesain dengan baik sehingga arus laut tidak menyebabkan pendangkalan karena pasir yang ikut dalam arus mengendap di kolam pelabuhan. Bila hal ini terjadi maka pelabuhan perlu dikeruk secara reguler. 

A. FUNGSI PEMECAH GELOMBANG 
  1. Pemecah gelombang berfungsi sebagai pelindung kolam perairan dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas di perairan baik pada saat pasang, badai maupun peristiwa alam lainnya. 
  2. Pemecah gelombang berfungsi untuk mengurangi energi gelombang dan mengurangi endapan sedimen yang masuk ke dalam daerah terlindung. Pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah disekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sedimen tersebut. 
  3. Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (Refleksi), sebagian diteruskan (Transmisi) dan sebagian dihancurkan (Dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya.
  4. Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang  dan geometrik bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan).
B. TIPE PEMECAH GELOMBANG
1. Breakwater Sisi Miring
Breakwater sisi miring
Gambar 3. Pemecah Gelombang Sisi Miring
Sumber : Google.com
Pemecah gelombang sisi miring dibuat dari tumpukan batu alam yang dilindungi oleh lapis pelindung berupa beton ataupun batuan besar dengan bentuk tertentu. Pemecah gelombang tipe ini lebih cocok digunakan pada kondisi tanah yang lunak dan tidak terlalu dalam. Breakwater sisi miring lebih bersifat fleksibel sehingga apabila terkena serangan gelombang yang kuat, kerusakan tidak akan terjadi secara tiba - tiba. Susunan butiran dari breakwater ini terdiri dari beberapa lapisan yaitu di bagian luar terdiri dari batu dengan ukuran besar dan semakin ke dalam ukurannya akan semakin kecil. Bentuk butiran yang digunakan juga akan berpengaruh pada ikatan antar butiran sehingga  bentuk butiran yang digunakan umumnya memiliki sisi yang tajam karena ikatan antar butiran yang terjadi akan lebih baik dan stabil.
Butir batu pelindung bisa berupa batu alam dengan berat mencapai ton dan bisa juga dari batu buatan dari beton yang berbentuk kubus atau bentuk lainnya. Butir pelindung buatan dari beton bisa berupa : Tetrapod, Cube, Tribar, Quadripod, Dolos, Core-loc Accropod.
Breakwater sisi miring

Gambar 4. Tipe - Tipe Pemecah Gelombang Sisi Miring
Sumber : Google.com
2. Breakwater Sisi Tegak
Breakwater tipe ini biasanya ditempatkan di laut dengan kedalaman lebih dalam dangan tanah dasar keras. Karena dinding breakwater tegak, maka akan terjadi gelombang diam atau klapotis yaitu superposisi antara gelombang datang dan gelombang pantul. 
Tinggi gelombang klapotis adalah 2 kali tinggi gelombang datang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah : 
  • Untuk kedalaman lebih dari 20 meter, breakwater sisi tegak dibangun diatas breakwater sisi miring. 
  • Kedalaman maksimum perairan 15 - 20 meter.
  • Lebar pemecah gelombang minimal 3/4 tingginya.
  • Kedalaman dibawah muka air terendah ke dasar bangunan tidak kurang dari  1 ¼ -1 ½ kali atau lebih baik 2 kali tinggi gelombang datang. 
  • Tinggi pemecah gelombang di atas muka air pasang tertinggi tidak boleh kurang dari 1 1/3 -1 ½ kali tinggi gelombang datang.
Jenis - Jenis Konstruksi Breakwater Tegak.
A. Blok Beton 
Breakwater sisi tegak, blok beton
Gambar 5. Pemecah Gelombang Blok Beton
Sumber : Google.com
Dibuat dari blok-blok beton massa yang disusun secara vertikal. Masing-masing blok dikunci dengan beton bertulang yang dicor di tempat setelah blok-blok tersebut disusun. Puncak pemecah gelombang dibuat diding beton yang dicor ditempat. Fondasi terbuat  dari tumpukan batu yang diberi lapis pelindung dari blok beton.

B. Sel Papan Pancang (Sheet Pile Cells)
Breakwater sisi tegak, papan pancang
Gambar 6. Pemecah Gelombang Papan Pancang
Sumber : Google.com
Pemecah gelombang ini  terdiri dari turap beton dan tiang beton yang dipancang melalui tanah lunak sampai mencapai tanah keras. Bagian atas dari turap dan tiang tersebut dibuat blok beton .Pemecah gelombang ini dibuat apabila dasar laut terdiri dari tanah lunak yang sangat tebal ,sehingga penggantian tanah lunak dengan pasir menjadi mahal.

C. Kaison (Caisson)
Breakwater sisi tegak, caisson
Gambar 7. Pemecah Gelombang Caisson
Sumber : Google.com
Pemecah gelombang ini dibuat di daratan dan kemudian dibawah ke lokasi yang telah ditentukan dengan ditarik oleh kapal. Pengangkutan ke lokasi dilakukan pada waktu air tenang. Setelah sampai ke lokasi kaison tersebut ditenggelamkan ke dasar laut dengan mengisikan air ke dalamnya dan kemudian diisi dengan pasir. Bagian atasnya kemudian dibuat lantai dan dinding beton. Kaison dibuat seperti kotak dengan sisi bawah tertutup dan dengan dinding-dinding diafragma yang membagi kotak.

3. Breakwater Gabungan
Breakwater gabungan
Gambar 8. Pemecah Gelombang Gabungan
Sumber : Google.com
Pemecah gelombang gabungan adalah kombinasi dari pemecah gelombang sisi tegak dan pemecah gelombang sisi miring, dimana pemecah gelombang sisi tegak dibangun diatas pemecah gelombang sisi miring. Breakwater gabungan ini digunakan pada kedalaman air yang sangat dalam dan tanah dasar tidak mampu menahan beban dari pemecah gelombang sisi tegak. Uniknya yaitu pada saat air surut maka yang berfungsi adalah breakwater sisi miring, sedangkan apabila air pasang maka yang berfungsi adalah breakwater sisi tegak. Adapun pertimbangan lebih lanjut mengenai perbandingan sisi tegak dengan tumpukan batunya. Pada dasarnya ada tiga macam yaitu : 
  • Tumpukan batu dibuat sampai setinggi air saat pasang tertinggi, sedangkan bangunan sisi tegak hanya sebagai penutup bagian atas. 
  • Tumpukan batu setinggi air terendah sedang bangunan sisi tegak harus menahan air tertinggi
  • Tumpukan batu hanya merupakan tambahan pondasi dari bangunan sisi tegak. 
C. PERTIMBANGAN PERENCANAAN BREAKWATER
Dalam merencakan breakwater tentu saja ada faktor - faktor penting yang perlu dipertimbangan, Diantaranya adalah : 
  • Ukuran dan Layout Pelabuhan
  • Bahan Breakwater
  • Kedalaman Perairan
  • Kondisi Tanah dasar laut
  • Besar gelombang dan arah gelombang
  • Pasang surut air laut
Jefri Harjawinata tanggal : Juni 07, 2019 0 komentar
Berbagi

Kamis, 06 Juni 2019

7 Hal Penyebab Kegagalan Proyek Konstruksi

Sumber : Google.com
Berbicara tentang konstruksi tentu tidak terlepas juga dari yang namanya kegagalan konstruksi. Misalnya belakangan ini di Indonesia, kita sering melihat kegagalan konstruksi saat pelaksanaan, ataupun kegagalan konstruksi akibat pengaruh faktor eksternal seperti alam. 
Kegagalan konstruksi sendiri secara umum dapat diartikan sebagai kegagalan fisik suatu bangunan atau infrastruktur, namun jika dikaji lebih lanjut maka kegagalan konstruksi tidak hanya berdasarkan pada kondisi fisik suatu bangunan namun dapat pula dilihat dari aspek fungsi dan manfaatnya bagi lingkungan di sekitarnya. Contohnya kita sering melihat jenis produk konstruksi yang secara fisik memenuhi standar perencanaan dan pelaksanaan namun konstruksi tersebut tidak difungsikan sesuai dengan perencanaan awal bangunan tersebut dan akhirnya keberadaan konstruksi tersebut justru malah mengganggu lingkungan sekitarnya, hal ini dapat dikategorikan sebagai kegagalan proyek. 
Maka secara umum dapat kita simpulkan bahwa kegagalan konstruksi merupakan bentuk penyimpangan yang timbul akibat ketidaksesuaian terhadap spesifikasi, manfaat, fungsi serta kesepakatan dalam kontrak yang dibuat baik dari pihak pengguna jasa, konsultan maupun pelaksana konstruksi. 

Faktor - faktor yang menjadi penyebab kegagalan konstruksi sangatlah beragam. Namun secara garis besar, hanya ada 2 hal yang menjadi penyebab kegagalan konstruksi yaitu, yang pertama adalah faktor internal dan yang kedua adalah faktor eksternal. Berikut adalah 7 hal penyebab kegagalan proyek konstruksi diantaranya adalah : 

1. Kesalahan Perencanaan 
Kesalahan perencanaan dan perancangan merupakan faktor yang sangat penting dan vital dimana sangat berpengaruh terhadap desain konstruksi yang akan dilaksanakan dilapangan, jika dalam aspek perencanaan dan perancangan pihak konsultan salah memperhitungkan atau menganalisis maka konsekuensi dan dampak yang dapat ditimbulkan ke depan akan sangat signifikan berpengaruh terhadap kegagalan fisik bangunan. Perencanaan dalam hal ini dapat berupa perencanaan dan perancangan desain fisik/ukuran dan keamanan, perencanaan anggaran, perencanaan mutu, perencanaan waktu pelaksanaan,  perencanaan manfaat/benefit, perencanaan fungsi dan perencanaan yang mendukung terhadap produk konstruksi yang akan dihasilkan. 

2. Kesalahan Studi Kelayakan Bangunan
Kesalahan dalam  tahapan studi kelayakan memberikan dampak yang cukup luas ke beberapa aspek tidak hanya yang bersifat fisik tetapi non fisik juga. Dalam proses pembuatan dan analisis studi kelayakan tentunya perlu memperhatikan aspek-aspek secara menyeluruh yang akan di proyeksikan ke depan baik pada tahap pelaksanaan konstruksi maupun pasca konstruksi dimana berdampak langsung terhadap daerah di sekitarnya baik dari segi pemanfaatan, perawatan, sosial, ekonomi, lingkungan dan peraturan yang berlaku. Jadi pada tahap ini jika tidak dilakukan dengan cermat khusunya bagi proyek yang berskala besar maka akan memberikan dampak yang signifikan dalam tahapan ke depannya yang tentunya merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kegagalan suatu konstruksi.

3. Kesalahan Saat Pelaksanaan
Kesalahan pelaksanaan merupakan tindak lanjut dari proses perencanaan kontruksi, dimana dalam tahap pelaksanaan juga memegang peranan penting terhadap kegagalan kontruksi yang tentunya lebih berorientasi kepada  pihak pelaksana proyek/kontraktor. Dalam tahap pelaksanaan faktor-faktor tersebut antara lain dapat dari segi metode pelaksanaan yang salah, kualitas material yang tidak sesuai spesifikasi dalam kontrak dan perencanaan, penggunaan tenaga kerja yang tidak ahli/berpengalaman, penggunaan peralatan yang tidak efektif, kurangnya pengawasan dan manajemen proyek yang buruk.  Tentunya jika aspek tersebut dapat lebih diperhatikan maka tingkat risiko kegagalan konstruksi dari aspek pelaksanaan dapat diminimalisir. 

4. Kesalahan Operasional Konstruksi
Dalam hal ini lebih berorientasi kepada  pihak pemilik proyek konstruksi dalam tahap penggunaan dan operasional dari produk konstruksi tersebut, dimana jika pihak pemilik melakukan kesalahan dalam hal merubah dari fungsi awalnya maka dapat berpotensi menimbulkan terjadinya kegagalan konstruksi, misalnya bangunan yang awalnya diperuntukkan untuk gedung sekolah diubah fungsi menjadi gudang atau menambah jumlah tingkat bangunan yang dari perencanaan awalnya hanya diperuntukkan untuk satu lantai atau pembangunan gedung yang setelah terealisasi tidak digunakan sama sekali/ganggur, serta perubahan-perubahan fungsi lainnya yang menyimpang dari fungsi rencana awalnya juga berpotensi terhadap terjadinya kegagalan bangunan baik bersifat fisik maupun nonfisik. 

5. Perawatan Konstruksi
Perawatan bangunan juga berperan penting terhadap kelangsungan umur dan kualitas produk konstruksi, tentunya dalam hal ini diperluhkan sistem manajemen perawatan bangunan. Jika perawatan tidak dilakukan secara rutin dan berkala maka dapat juga berpotensi terhadap meningkatnya risiko kegagalan bangunan. Inspeksi perawatan bangunan berfungsi untuk mendeteksi secara dini kerusakan dari fisik bangunan/infrastruktur sehingga langkah repair/perbaikan dapat dilakukan sejak dini sehingga menghindari tingkat kerusakan yang lebih buruk serta pembengkakan biaya perawatan. 

6. Kegagalan Akibat Bencana
Faktor ini merupakan faktor diluar dugaan dan kemampuan manusia yang sulit untuk diprediksi secara tepat (Act of God), faktor bencana merupakan faktor yang sangat fatal terhadap kegagalan konstruksi. Bencana dalam hal ini dapat berupa bencana alam maupun akibat faktor internal/kelalaian manusia seperti bencana gempa/Earth Quake, flood/banjir, Tsunami, tanah longsor/land slide, Topan, kebakaran, ledakan, Amblas, dsb. Oleh karena itu untuk mengurangi tingkat risiko akibat faktor ini maka banyak pihak pemilik produk konstruksi mengalihkan risiko tersebut ke pihak ke-3 seperti asuransi.

7. Kegagalan Akibat Umur Bangunan
Umur bangunan juga berperan dan berpengaruh terhadap kegagalan konstruksi bangunan dimana jika umur suatu produk bangunan melampaui dari umur yang direncanakan maka dapat berpotensi menyebabkan kegagalan bangunan, hal ini diakibatkan karena tingkat kekuatan bangunan mengalami penurunan selama umurnya serta kelelahan/fatique yang terus-menerus selama umur bangunan tersebut. 
Sumber : Google.com

Jefri Harjawinata tanggal : Juni 06, 2019 0 komentar
Berbagi
‹
›
Beranda
Lihat versi web

HALAMAN

▼

Copyright © Ilmu Dasar Teknik Sipil | Powered by Blogger
Design by Hardeep Asrani | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Distributed By Gooyaabi Templates